Biografi Sultan Mahmud Badaruddin II: Pahlawan dari Palembang yang Melawan Penjajah

Potret Sultan Mahmud Badaruddin II

GEMINITIKTOK – Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal sebagai sosok pemberani yang dengan tegas menolak penjajahan Belanda di tanah Palembang. Ia bukan hanya seorang pemimpin Kesultanan, tetapi juga seorang pejuang yang rela mempertaruhkan kekuasaan dan nyawanya demi mempertahankan kedaulatan rakyatnya. Perjuangan dan warisan keteladanan Beliau menjadikannya salah satu pahlawan nasional yang dihormati hingga kini.

Sultan Mahmud Badaruddin II dan Perlawanan terhadap Belanda

Sultan Mahmud Badaruddin II lahir pada tahun 1767 di Palembang, Sumatera Selatan. Ia adalah putra dari Sultan Mahmud Badaruddin I, pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam. Ketika ayahnya wafat, Beliau diangkat menjadi sultan pada tahun 1804. Masa kepemimpinannya tidak mudah karena harus berhadapan langsung dengan ambisi kolonial Belanda yang ingin menguasai wilayah strategis di Sumatera.

Sejak awal, Beliau tidak menunjukkan sikap tunduk. Ia menolak monopoli dagang dan campur tangan Belanda dalam urusan Kesultanan. Ketegasannya ini membuat hubungan antara Palembang dan pemerintah kolonial memanas. Ketegangan akhirnya pecah menjadi konflik bersenjata pada tahun 1819. Perlawanan sengit yang dipimpin Sultan Mahmud Badaruddin membuat Belanda kesulitan menaklukkan Palembang.

Namun, pada 1 Juli 1821, Belanda berhasil menyerang dan menghancurkan Keraton Kuto Lamo. Kesultanan Palembang jatuh, dan Beliau ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Meski telah diturunkan paksa dari takhta, semangat perlawanan yang ia wariskan terus hidup di hati rakyat Palembang.

Warisan dan Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional

Sang sultan menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan hingga wafat pada tahun 1852. Namun semangat perjuangannya tidak pernah mati. Ia dikenang sebagai simbol keberanian, kehormatan, dan semangat melawan penjajahan.

Pemerintah Indonesia secara resmi mengakui jasanya dengan menetapkan Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1984. Pengakuan ini menegaskan pentingnya peran beliau dalam sejarah perlawanan terhadap kolonialisme di wilayah Sumatera Selatan.

Namanya kini diabadikan dalam berbagai bentuk, termasuk pada Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang dan uang rupiah kertas pecahan Rp10.000 edisi lama. Monumen dan museum yang mengabadikan perjuangannya juga berdiri megah di Palembang sebagai pengingat bagi generasi muda.

Keteladanan dan Inspirasi dari Sosok Sultan Mahmud Badaruddin II

Sultan Mahmud Badaruddin II bukan hanya dikenal karena keberaniannya, tetapi juga karena kepeduliannya terhadap nasib rakyat. Ia berjuang bukan demi kekuasaan pribadi, melainkan demi kehormatan negeri dan kemerdekaan bangsanya. Dalam sejarah bangsa, sangat sedikit tokoh yang berani menolak kerja sama dengan penjajah dan memilih jalan penuh risiko demi membela tanah air.

Keteladanan beliau menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari perjuangan panjang yang penuh pengorbanan. Dalam dunia yang terus berubah, semangat seperti itu tetap relevan sebagai pijakan moral dalam membela kebenaran dan keadilan.