Erwin Rommel, Sang Rubah Gurun yang Mengguncang Medan Perang Dunia II

Potret Erwin Rommel mengenakan seragam militer Jerman lengkap dengan medali.

GEMINITIKTOKErwin Rommel adalah salah satu jenderal paling terkenal dalam sejarah militer Jerman. Dikenal sebagai “Rubah Gurun”, Rommel menarik perhatian dunia karena strategi perangnya yang brilian dan kepemimpinannya yang inspiratif di medan tempur Afrika Utara selama Perang Dunia II. Meskipun berperang di pihak Nazi Jerman, Rommel dipandang sebagai sosok militer yang bersih dari kekejaman ideologi, dan kisahnya menjadi salah satu bab paling menarik dalam sejarah perang.

Awal Karier dan Bakat Militer Rommel

Erwin Rommel lahir pada 15 November 1891 di Heidenheim, Jerman. Ayahnya adalah seorang guru matematika, dan Rommel kecil awalnya tidak berencana menjadi tentara. Namun, setelah bergabung dengan resimen infanteri Württemberg pada usia 18 tahun, bakat militernya segera terlihat.

Selama Perang Dunia I, Rommel menunjukkan keberanian luar biasa di medan tempur. Ia menerima beberapa penghargaan, termasuk Pour le Mérite, penghargaan militer tertinggi Kekaisaran Jerman, karena aksinya yang berani di Italia. Pengalamannya di Perang Dunia I membentuk fondasi pemikirannya tentang perang: cepat, fleksibel, dan tidak tergantung pada kekuatan besar semata.

Menanjak di Era Nazi dan Menjadi Ikon Afrika Utara

Ketika Adolf Hitler berkuasa, Rommel dikenal sebagai perwira yang loyal dan cerdas. Ia dipercaya untuk mengawal Hitler secara pribadi dalam beberapa kesempatan. Kariernya menanjak cepat, dan pada 1941 ia ditunjuk memimpin Korps Afrika (Afrikakorps) di medan perang Afrika Utara.

Di sinilah nama Erwin Rommel mencuat ke kancah internasional. Dengan taktik serangan kilat, penyergapan cerdas, dan penggunaan tank yang efektif, Rommel berhasil mengguncang pasukan Sekutu di gurun Libya dan Mesir. Keberaniannya menghadapi kekuatan yang lebih besar membuatnya dijuluki “Desert Fox” atau “Rubah Gurun”.

Namun, meskipun kerap meraih kemenangan, situasi logistik dan tekanan dari Front Timur membuat posisi Jerman di Afrika semakin sulit. Pada 1943, Rommel dan pasukannya akhirnya harus mundur setelah kekalahan di El Alamein.

Rommel dan Konspirasi Melawan Hitler

Meskipun mengabdi pada Jerman, Rommel dikenal sebagai perwira yang menjunjung tinggi etika perang. Ia menolak perintah untuk menembak tawanan dan menolak keras keterlibatannya dalam kekejaman Nazi. Semakin lama, ia juga mulai ragu terhadap keputusan-keputusan Hitler.

Pada 1944, sekelompok perwira Jerman merencanakan pembunuhan terhadap Hitler—dikenal sebagai Operasi Valkyrie. Rommel tidak terlibat langsung, namun ia mengetahui rencana tersebut dan tidak melaporkannya. Hal ini membuatnya dicurigai oleh pihak Gestapo.

Pada Oktober 1944, Rommel dipanggil ke Berlin dan diberi dua pilihan: bunuh diri demi menyelamatkan keluarganya, atau diadili sebagai pengkhianat. Ia memilih mati dengan cara terhormat. Pada 14 Oktober 1944, Erwin Rommel mengakhiri hidupnya, dan diumumkan kepada publik bahwa ia meninggal karena luka akibat serangan udara.

Warisan dan Kontroversi Sang Rubah Gurun

Hingga kini, Erwin Rommel tetap menjadi tokoh militer yang kontroversial namun dikagumi. Di satu sisi, ia adalah bagian dari mesin perang Nazi. Namun di sisi lain, ia dipandang sebagai prajurit profesional yang berperang demi negara, bukan ideologi.

Banyak sejarawan menganggap Rommel sebagai salah satu jenderal terbaik dalam sejarah modern, terutama karena etika militernya dan keterampilannya di medan perang. Bahkan setelah kematiannya, Sekutu dan musuh-musuhnya tetap menghormatinya sebagai lawan yang terhormat.


Inilah kisah Erwin Rommel, sang Rubah Gurun yang menjadi legenda dalam sejarah militer dunia. Dari medan gurun Afrika hingga akhir tragisnya karena intrik politik dalam negeri, kisah Rommel memberikan gambaran tentang kompleksitas seorang prajurit dalam pusaran perang dunia.