GEMINITIKTOK – Charles de Gaulle adalah tokoh kunci dalam sejarah Prancis pada abad ke-20. Ia terkenal sebagai pemimpin Prancis Bebas yang menolak menyerah kepada Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Keteguhan sikapnya tidak hanya menyelamatkan martabat negaranya, tetapi juga membentuk dasar bagi kebangkitan Prancis setelah perang. Kisah hidupnya adalah perpaduan antara keberanian militer, kecerdikan politik, dan visi besar untuk masa depan bangsanya.
Awal Kehidupan Charles de Gaulle
Charles André Joseph Marie de Gaulle lahir pada 22 November 1890 di Lille, Prancis. Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik yang sangat nasionalis dan berpendidikan tinggi. Ayahnya adalah seorang guru sejarah yang menanamkan kecintaan pada negara sejak dini. Sejak kecil, de Gaulle menunjukkan minat pada sejarah militer dan bercita-cita menjadi perwira.
Pada tahun 1909, ia masuk Akademi Militer Saint-Cyr, sekolah militer paling bergengsi di Prancis. Di sanalah ia mengasah disiplin, keterampilan strategi, dan keyakinan bahwa Prancis memiliki takdir besar di dunia. Lulus dengan peringkat baik, ia segera bergabung dalam ketentaraan dan bertugas di berbagai satuan infanteri.
Perjalanan Militer dan Perang Dunia II
Karier militer de Gaulle semakin menanjak saat Perang Dunia I pecah. Ia bertugas di garis depan dan mengalami luka serius dalam Pertempuran Verdun tahun 1916. Pengalaman pahit itu membentuk pandangannya tentang perang dan pentingnya inovasi militer.
Ketika Perang Dunia II meletus, de Gaulle berpangkat kolonel dan dikenal sebagai pendukung penggunaan tank serta strategi perang modern. Pada Mei 1940, ketika Nazi Jerman melancarkan invasi, Prancis terdesak dan banyak pemimpin politik memilih menyerah. Namun de Gaulle menolak pasrah. Ia diangkat menjadi brigadir jenderal dan dikirim ke London. Di sana, pada 18 Juni 1940, ia menyampaikan pidato legendaris melalui radio BBC, menyerukan kepada rakyat Prancis untuk terus berjuang. Seruan itu menjadi awal gerakan Prancis Bebas.
Memimpin Prancis Bebas dan Membangun Aliansi
Sebagai pemimpin Prancis Bebas, de Gaulle berkeliling ke berbagai wilayah jajahan Prancis di Afrika dan Timur Tengah untuk menggalang dukungan. Ia menjalin hubungan erat dengan Winston Churchill dan Franklin D. Roosevelt, meski kerap terjadi perbedaan pendapat.
Kepemimpinan de Gaulle membawa Prancis kembali ke kancah internasional sebagai kekuatan penting. Pada 1944, pasukan Prancis Bebas ikut membebaskan Paris bersama Sekutu. De Gaulle kemudian memimpin pemerintahan sementara, memulihkan tatanan negara, dan mengawali proses pembentukan konstitusi baru.
Peran Politik Pasca Perang
Setelah perang, de Gaulle sempat mengundurkan diri karena tidak sepakat dengan sistem parlementer yang menurutnya lemah. Namun pada 1958, di tengah krisis politik dan militer akibat perang di Aljazair, ia dipanggil kembali untuk memimpin. Ia membentuk Republik Kelima dengan konstitusi baru yang memberikan kekuasaan eksekutif lebih kuat kepada presiden.
Sebagai Presiden Prancis dari 1959 hingga 1969, de Gaulle menerapkan kebijakan luar negeri yang independen, menjaga jarak dari dominasi Amerika Serikat dan Uni Soviet. Ia juga fokus membangun ekonomi nasional, memperkuat industri, dan meningkatkan rasa bangga rakyat terhadap identitas Prancis.
Warisan dan Akhir Hidup
Charles de Gaulle mengundurkan diri pada 1969 setelah kalah dalam referendum reformasi senat dan wilayah administratif. Ia pensiun di kampung halamannya di Colombey-les-Deux-Églises, menulis memoar, dan tetap menjadi tokoh yang disegani. De Gaulle meninggal pada 9 November 1970 pada usia 79 tahun.
Warisan terbesarnya adalah keberanian untuk menolak menyerah, kemampuannya mempersatukan bangsa dalam masa sulit, dan visi politik yang membentuk Prancis modern. Ia dikenang sebagai simbol keteguhan hati, kepemimpinan visioner, dan cinta tanah air yang tak tergoyahkan.