Benito Mussolini: Pendiri Fasisme dan Penguasa Italia yang Kontroversial

Ilustrasi hitam putih Benito Mussolini dalam seragam militer Italia.

GEMINITIKTOK – Benito Mussolini lahir pada 29 Juli 1883 di Dovia di Predappio, Italia. Ayahnya, Alessandro Mussolini, adalah seorang pandai besi yang berideologi sosialis, sedangkan ibunya, Rosa Maltoni, seorang guru sekolah yang disiplin. Didikan orang tuanya yang bertolak belakang membentuk karakter Mussolini sebagai sosok keras kepala, ambisius, dan haus akan perubahan sosial.

Sejak muda, Benito Mussolini dikenal sebagai pribadi pemberontak. Ia pernah dikeluarkan dari beberapa sekolah karena perilakunya yang kasar. Meski begitu, ia tetap mengejar pendidikan dan akhirnya menjadi guru sekolah dasar. Namun, profesi itu tidak memuaskannya. Ia tertarik pada dunia politik dan jurnalisme—dua dunia yang akan membentuk masa depannya.

Pada awal abad ke-20, Mussolini menjadi aktif dalam gerakan sosialis Italia. Ia bekerja sebagai jurnalis untuk berbagai surat kabar sosialis, dan bahkan menjadi editor surat kabar Avanti!, media resmi Partai Sosialis Italia. Namun, ketika Perang Dunia I pecah, pandangannya berubah. Ia mendukung keterlibatan Italia dalam perang, bertentangan dengan posisi partainya. Perbedaan itu membuatnya dipecat, dan sejak saat itulah ia mulai membentuk ideologi baru: fasisme.


Benito Mussolini dan Lahirnya Fasisme

Tahun 1919 menjadi titik balik dalam karier politik Benito Mussolini. Ia mendirikan gerakan Fasci Italiani di Combattimento, yang kelak berkembang menjadi Partai Fasis Nasional. Fasisme yang ia gagas mengusung nasionalisme ekstrem, anti-komunisme, dan pengagungan negara di atas individu. Dengan slogan-slogan tegas dan retorika yang menggugah emosi, Mussolini berhasil menarik dukungan dari veteran perang, kaum borjuis, dan militer.

Pada 1922, Mussolini memimpin aksi terkenal yang disebut March on Rome. Ribuan pendukungnya memaksa Raja Victor Emmanuel III untuk menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepadanya. Raja menyerah, dan Mussolini ditunjuk sebagai Perdana Menteri. Dari titik itu, ia mulai membangun kediktatoran fasis yang mengekang oposisi, membungkam pers, dan menanamkan kultus individu atas namanya.

Mussolini menyebut dirinya “Il Duce”—Sang Pemimpin. Ia ingin menciptakan kekaisaran Italia baru yang mengembalikan kejayaan Romawi kuno. Keinginan itu membawanya pada ekspansi militer dan kolonialisasi, seperti penyerangan ke Ethiopia pada 1935.


Benito Mussolini dalam Perang Dunia II dan Kejatuhannya

Pada akhir 1930-an, Benito Mussolini semakin mendekat ke Jerman Nazi di bawah Adolf Hitler. Keduanya menjalin aliansi militer yang dikenal sebagai Paksi Poros (Axis Powers). Mussolini mendukung invasi Jerman ke berbagai negara Eropa, dan pada 1940 ia resmi membawa Italia bergabung dalam Perang Dunia II.

Sayangnya, kekuatan militer Italia tidak sebanding dengan ambisi Mussolini. Kekalahan demi kekalahan menimpa pasukan Italia di Afrika, Yunani, dan kemudian di wilayah mereka sendiri. Rakyat mulai kehilangan kepercayaan, dan tekanan dari Sekutu semakin besar.

Pada 1943, Mussolini digulingkan oleh Dewan Fasis, ditangkap, dan dipenjara. Namun, ia diselamatkan oleh pasukan Jerman dan mendirikan pemerintahan boneka di Italia Utara, yang disebut Republik Sosial Italia. Upaya itu hanya bertahan singkat.

Menjelang akhir perang, Mussolini dan kekasihnya, Clara Petacci, mencoba melarikan diri ke Swiss. Namun, mereka tertangkap oleh pejuang Italia. Pada 28 April 1945, Benito Mussolini dieksekusi oleh kelompok partisan dan jasadnya digantung terbalik di Milan sebagai simbol runtuhnya fasisme di Italia.


Warisan Kontroversial Benito Mussolini

Benito Mussolini meninggalkan warisan yang kontroversial. Bagi sebagian pihak, ia adalah sosok pemimpin yang membawa kestabilan dan modernisasi ekonomi di awal pemerintahannya. Namun, sejarah lebih banyak mencatatnya sebagai diktator yang membawa Italia ke dalam perang berdarah, menindas kebebasan sipil, dan berkontribusi terhadap kekejaman masa Perang Dunia II.

Meski fasisme sebagai ideologi telah lama ditinggalkan secara luas, nama Benito Mussolini tetap menjadi bahan diskusi, kritik, dan studi sejarah politik hingga hari ini. Ia adalah bukti nyata bagaimana satu orang bisa mengubah arah sejarah bangsa—baik ke arah kemajuan, maupun kehancuran.