GEMINITIKTOK – Bernard Montgomery adalah salah satu jenderal paling terkenal dalam sejarah militer Inggris. Dalam Perang Dunia II, ia memainkan peran penting dalam berbagai kampanye besar, termasuk kemenangan Sekutu di Afrika Utara dan invasi Normandia. Dikenal dengan gaya kepemimpinan yang disiplin, Montgomery membentuk reputasi sebagai pemimpin yang mampu membalikkan keadaan perang menjadi kemenangan. Kisah hidupnya mencerminkan ketekunan, strategi tajam, dan kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi tekanan.
Awal Karier Militer Bernard Montgomery
Bernard Law Montgomery lahir pada 17 November 1887 di London, Inggris. Ia berasal dari keluarga kelas menengah dan menjalani masa kecil yang cukup keras, terutama setelah kematian ayahnya. Ia kemudian masuk ke Royal Military Academy Sandhurst dan lulus pada 1908 sebagai letnan dua di Resimen Lancashire.
Montgomery pertama kali merasakan kerasnya perang saat ikut bertempur dalam Perang Dunia I. Di Front Barat, ia terluka parah tetapi kembali bertugas setelah pulih. Pengalaman pahit di medan tempur membuatnya menjadi seorang perwira yang sangat berhati-hati dengan nyawa prajuritnya. Ia belajar bahwa kemenangan bukan hanya soal strategi, tetapi juga soal menjaga moral dan keselamatan pasukan.
Bintang Medan Afrika Utara
Ketika Perang Dunia II meletus, Montgomery terus naik pangkat. Puncak ketenarannya datang saat ia ditunjuk menjadi komandan Angkatan Darat Kedelapan Inggris di Afrika Utara pada Agustus 1942. Di sana, ia menghadapi salah satu jenderal paling cerdas dari Jerman—Erwin Rommel, yang dijuluki “Rubah Gurun”.
Montgomery segera melakukan reorganisasi dan meningkatkan semangat tempur pasukannya. Dalam Pertempuran El Alamein pada Oktober 1942, ia berhasil menghentikan laju Rommel dan memaksa pasukan Jerman mundur. Kemenangan ini menjadi titik balik penting di medan perang Afrika dan mengangkat nama Montgomery sebagai pahlawan nasional di Inggris.
Peran Kunci dalam Invasi Normandia
Setelah sukses di Afrika, Montgomery dipercaya memimpin pasukan Inggris dalam invasi ke Eropa barat. Pada 6 Juni 1944, Sekutu melancarkan serangan amfibi terbesar dalam sejarah, dikenal sebagai D-Day, di pantai Normandia, Prancis. Montgomery memimpin rencana darat dan menjadi salah satu arsitek keberhasilan operasi ini.
Selama kampanye di Eropa barat, Montgomery terus memimpin pasukannya melawan perlawanan sengit Jerman. Ia berperan penting dalam membebaskan Belanda dan menekan pasukan Nazi hingga ke jantung Jerman. Meski kerap berselisih dengan komandan Sekutu lainnya seperti Jenderal Patton dan bahkan Eisenhower, Montgomery tetap mempertahankan pengaruhnya sebagai komandan yang dihormati.
Kontroversi dan Warisan Militer
Meski karier militernya dipenuhi prestasi, Montgomery tidak lepas dari kritik. Ia dikenal sebagai pribadi yang keras kepala, penuh percaya diri, dan sering kali sulit diajak kompromi. Sikap ini menimbulkan ketegangan dengan rekan-rekan Sekutu lainnya. Salah satu keputusan kontroversialnya adalah Operasi Market Garden—sebuah upaya untuk menerobos garis pertahanan Jerman melalui Belanda yang akhirnya gagal.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Montgomery adalah sosok yang memainkan peran vital dalam kemenangan Sekutu. Setelah perang, ia diangkat sebagai Viscount Montgomery of Alamein dan tetap aktif dalam urusan militer serta menulis buku tentang pengalamannya. Ia meninggal dunia pada 24 Maret 1976.
Penutup
Bernard Montgomery bukan hanya simbol kemenangan militer, tetapi juga contoh kepemimpinan dalam tekanan tinggi. Dari padang pasir Afrika hingga pantai Normandia, jejaknya tertulis dalam sejarah Perang Dunia II sebagai jenderal yang tidak hanya bertarung, tetapi juga berpikir dan memimpin dengan keyakinan. Warisan Bernard Montgomery terus hidup sebagai inspirasi bagi generasi militer Inggris dan dunia.