Awal Kehidupan Haji Misbach
GEMINITIKTOK – Haji Misbach tidak bisa dilepaskan dari latar kehidupan yang penuh warna. Ia lahir di Kauman, Surakarta, pada tahun 1876 dengan nama kecil Mishbah. Keluarganya dikenal taat beragama. Setelah menunaikan ibadah haji, ia dikenal dengan sebutan Haji Misbach. Pendidikan agama yang kuat membuatnya tumbuh sebagai muslim yang taat. Namun, kepekaannya terhadap ketidakadilan sosial mendorongnya untuk mencari solusi bagi penderitaan rakyat.
Sejak muda, Misbach aktif berdagang. Kehidupannya sebagai pedagang kain memberinya akses berinteraksi dengan berbagai kalangan. Dari sini, kesadarannya akan penindasan kolonial semakin kuat. Ia melihat bagaimana rakyat kecil terjerat pajak tinggi dan eksploitasi oleh pemerintah kolonial Belanda.
Perjuangan Melalui Pers dan Organisasi
Biografi Haji Misbach mencatat perannya sebagai jurnalis dan aktivis. Ia mendirikan surat kabar Medan Moeslimin dan Islam Bergerak. Media ini menjadi alat perjuangan untuk menyuarakan ketidakadilan dan menyebarkan pemikiran tentang persamaan hak. Haji Misbach menegaskan bahwa ajaran Islam sejalan dengan perjuangan menegakkan keadilan sosial.
Ia tidak hanya menulis, tetapi juga aktif berorganisasi. Misbach sempat terlibat dalam Sarekat Islam (SI), sebuah organisasi besar pada masanya. Namun, ketika SI terbelah menjadi dua, ia condong ke SI Merah, yang lebih progresif dan bersimpati pada ide sosialisme.
Islam dan Sosialisme: Pemikiran Haji Misbach
Biografi Haji Misbach menarik karena pemikirannya yang menggabungkan Islam dengan sosialisme. Baginya, kedua ajaran ini tidak bertentangan. Islam mengajarkan keadilan dan kepedulian terhadap kaum lemah, sedangkan sosialisme memperjuangkan penghapusan penindasan. Misbach percaya bahwa perjuangan rakyat harus dilakukan tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Pemikiran ini membuatnya dijuluki “Haji Merah.” Meskipun demikian, ia tetap menekankan pentingnya iman dalam setiap langkah perlawanan terhadap kolonialisme.
Akhir Perjuangan Haji Misbach
Biografi Haji Misbach ditutup dengan kisah tragis. Pemerintah kolonial menganggapnya berbahaya. Ia ditangkap dan dibuang ke Manokwari, Papua, pada tahun 1923. Di pengasingan, semangatnya tidak padam. Misbach tetap menulis dan berdakwah, meskipun dalam keterbatasan. Pada 24 Mei 1926, ia wafat di pengasingan, jauh dari tanah kelahirannya.
Warisan dan Inspirasi
Biografi Haji Misbach memberikan pelajaran tentang keberanian dan keteguhan prinsip. Ia membuktikan bahwa agama dan pemikiran progresif bisa berjalan berdampingan untuk menegakkan keadilan. Namanya kini tercatat sebagai salah satu tokoh pergerakan yang berani melawan ketidakadilan kolonial dengan cara yang berbeda.