GEMINITIKTOK – Mohammad Hatta adalah sosok sentral dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan fondasi negara Indonesia. Namanya tidak bisa dipisahkan dari momen bersejarah 17 Agustus 1945 saat ia, bersama Soekarno, memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, peran Hatta jauh lebih luas dari sekadar proklamator. Ia adalah pemikir ekonomi, negarawan berintegritas, dan tokoh yang membaktikan hidupnya untuk rakyat.
Mohammad Hatta dan Jejak Intelektual di Tanah Belanda
Sejak awal, Mohammad Hatta menunjukkan kecintaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Ia menempuh pendidikan tinggi di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, Belanda. Di sana, ia tidak hanya belajar ekonomi, tetapi juga aktif dalam organisasi politik dan pergerakan mahasiswa. Ia menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, sebuah organisasi mahasiswa yang menuntut kemerdekaan penuh bagi bangsa Indonesia.
Pemikirannya mulai berkembang pesat selama masa kuliah. Ia membaca banyak karya ilmiah dan filsafat, serta mulai menggagas ide-ide tentang ekonomi kerakyatan yang kelak menjadi landasan penting perjuangannya di tanah air. Di Belanda, ia juga menghadapi tekanan politik karena aktivitasnya, termasuk penahanan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Sekembalinya ke Indonesia, Mohammad Hatta segera terlibat aktif dalam dunia pergerakan nasional. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tenang, jujur, dan penuh prinsip. Bersama Soekarno, Hatta menjadi tokoh sentral dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Mereka berdua diculik oleh pemuda ke Rengasdengklok sehari sebelum proklamasi, agar segera memproklamasikan kemerdekaan.
Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momen penting saat beliau membacakan teks proklamasi bersama Soekarno. Setelah itu, ia menjabat sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Di masa genting penuh konflik, ia turut merumuskan arah kebijakan negara yang baru lahir, termasuk dalam hal diplomasi dan pembangunan ekonomi.
Mohammad Hatta, Sang Bapak Koperasi
Di tengah berbagai dinamika politik, Mohammad Hatta tidak pernah melupakan gagasan utamanya: ekonomi yang adil dan merata. Ia yakin bahwa kemandirian ekonomi rakyat harus dibangun dari bawah, bukan dari dominasi modal asing atau kapitalisme individualistik. Karena itu, ia mempromosikan koperasi sebagai sistem ekonomi yang paling sesuai dengan nilai-nilai Indonesia.
Mohammad Hatta menyebut koperasi sebagai “alat perjuangan ekonomi rakyat kecil”. Ia aktif menulis, memberikan kuliah, dan mendorong kebijakan pemerintah agar koperasi diberi ruang berkembang. Dedikasi ini membuatnya dijuluki Bapak Koperasi Indonesia, sebuah gelar yang resmi diberikan oleh pemerintah pada tahun 1953.
Warisan Integritas dan Kesederhanaan
Berbeda dari banyak tokoh besar lain, Mohammad Hatta menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan. Ia menolak praktik korupsi dan kekuasaan yang menyimpang. Bahkan, setelah tidak lagi menjabat, ia hidup dengan sangat sederhana—tidak memiliki rumah pribadi hingga akhir hayatnya. Ketika wafat pada 14 Maret 1980, bangsa Indonesia kehilangan sosok negarawan sejati.
Warisan Mohammad Hatta tidak hanya hidup dalam catatan sejarah atau naskah proklamasi, tetapi juga dalam nilai-nilai yang ia pegang teguh: kejujuran, pengabdian, dan perjuangan untuk rakyat. Ia bukan hanya tokoh politik, tetapi juga teladan moral bagi generasi penerus bangsa.