GEMINITIKTOK – Kasman Singodimedjo merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia yang jarang mendapat sorotan sebesar perannya. Sebagai seorang ahli hukum, tokoh pergerakan, dan pemimpin Islam, Kasman tampil sebagai pribadi yang konsisten membela kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia memainkan peran vital dalam masa-masa awal kemerdekaan, termasuk dalam penyusunan dasar negara serta pembentukan lembaga kenegaraan pertama.
Kasman Singodimedjo dan Kiprah Awal di Dunia Hukum serta Pergerakan
Lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 25 Februari 1904, Kasman Singodimedjo menempuh pendidikan hukum di Rechts Hoge School (RHS) di Batavia. Di masa mudanya, ia aktif dalam organisasi Jong Islamieten Bond (JIB), tempat ia mulai menyuarakan pentingnya integrasi antara nilai Islam dan nasionalisme. Melalui wadah ini pula, Kasman mengembangkan pemikiran kritis yang akan menjadi fondasi perjuangannya di masa depan.
Saat Jepang menduduki Indonesia, Kasman bergabung dalam organisasi militer bentukan Jepang, yaitu Pembela Tanah Air (PETA). Namun, setelah proklamasi kemerdekaan, ia segera mengalihkan seluruh tenaganya untuk memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia.
Kasman Singodimedjo dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Setelah kemerdekaan diproklamasikan, Kasman Singodimedjo ditunjuk sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), lembaga legislatif pertama yang berfungsi sebagai pengganti parlemen. Di posisi ini, Kasman menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang kuat dan sikap kenegarawanan yang tinggi. Ia mengedepankan musyawarah dan prinsip demokrasi dalam setiap keputusan yang diambil oleh KNIP.
Sebagai Ketua KNIP, Kasman juga berperan aktif dalam mengawal jalannya pemerintahan Republik Indonesia yang baru berdiri. Ia turut mengarahkan perumusan berbagai kebijakan penting, termasuk langkah-langkah diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan dari tekanan Belanda.
Peran Islam dalam Perjuangan Kasman Singodimedjo
Kasman Singodimedjo memandang Islam bukan hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai nilai dasar dalam perjuangan kemerdekaan dan kehidupan bernegara. Ia merupakan salah satu tokoh Islam yang memperjuangkan dimasukannya nilai-nilai Islam dalam dasar negara, namun tetap terbuka terhadap pluralisme.
Dalam perdebatan mengenai Piagam Jakarta, Kasman mengambil sikap bijaksana. Meskipun sebagai seorang muslim yang taat, ia menerima perubahan tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi menjaga persatuan nasional. Sikap itu menunjukkan kedewasaan berpikir dan kepemimpinan yang mampu melihat jauh ke depan.
Kasman Singodimedjo dan Warisan Moral yang Abadi
Setelah era revolusi kemerdekaan, Kasman tetap aktif dalam berbagai aktivitas sosial, keislaman, dan hukum. Ia dikenal sebagai sosok yang jujur, berani menyuarakan kebenaran, dan tak gentar menghadapi tekanan politik. Bahkan ketika pemerintah Orde Baru menangkapnya karena dianggap berbeda pandangan, Kasman tidak pernah kehilangan martabat dan integritas.
Hingga akhir hayatnya pada 25 Oktober 1982, Kasman tetap dikenang sebagai tokoh teladan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, nasionalisme, dan keadilan. Pemerintah Republik Indonesia akhirnya mengukuhkannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2018, sebuah penghormatan yang pantas untuk pengabdian panjangnya kepada bangsa dan negara.